Goa Kabori merupakan salah satu dari sembilan goa yang terletak di desa Liang Kabori, kecamatan Lohia, kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Di dalam goa kabori tersebut ditemukan banyak lukisan pada masa prasejarah dimana gambar dalam goa tersebut dilukis menggunakan campuran getah pohon dan tanah liat yang disebut dengan oker. Menurut beberapa penggemar layang-layang dunia mengatakan situs kabori menunjukan awal sejarah layang-layang dunia atau dengan kata lain layang-layang pertama di dunia berasal dari kabupaten Muna. Akan tetapi menurut beberapa arkeolog Indonesia kebenarannya belum bisa dipastikan, masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Berdasarkan catatan sejarah disebutkan bahwa temuan layang-layang di China berusia 2400 tahun. Sedang informasi yang didapat dari penelitian-penelitian beberapa arkeolog Indonesia terkait dengan lukisan-lukisan di dinding goa yang terdapat di Sulawesi, termasuk Sulawesi tenggara usia goa-goa yang ada diperkirakan kurang-lebih 4000-10000 tahun yang lalu. Apabila goa tersebut dihuni pawa waktu yang sama, dengan demikan berarti bahwa usia layang-layang dari Muna 1600 tahun lebih tua dari layang-layang yang terdapat dari China. Akan tetapi hal yang mengejutkan terlontar dari ahli arkeolog yang menduga bahwa justru yang melukis gambar-gambar di dinding goa tersebut bukanlah orang asli Muna melainkan dari dari luar pulau Muna. Pernyataan itu didukung dengan bukti temuan gambar kuda pada lukisan dinding goa tersebut yang mana kuda bukanlah hewan asli Muna melainkan dari china. Dari lukisan yang ada pada dinding goa juga menunjukkan bahwa masyarakat pada waktu itu sudah mengenal budaya bercocok tanam. Dimana nenek moyang mereka ketika itu bermain layang-layang sembari menjaga kebun. Karena layang-layang ketika itu selain untuk bermain juga dipergunakan untuk mengusir hewan yang merusak tanaman di ladang dan kebun mereka.
Terlepas dari hal itu, terdapat keunikan mengenai kagati(sebutan layang-layang bagi masyarakat setempat) yang berasal dari kabupaten Muna. Kagati Muna terbuat dari daun kalope yang sudah kering yang kemudian disatukan dengan lidi dimana kerangkanya bersal dari kulit waru. Karena bentuknya yang besar mencapai tinggi 1,9 meter dan lebar 1,5 meter untuk menerbangkannya harus menggunakan angin yang ekstra kencang. Angin yang biasa digunakan adalah angin timur yang bertiup pada bulan Juni hingga september. Kencangnya tiupan angin mampu membuat layang-layang bertahan di angkasa selama 7 hari. Jika layang-layang mampu bertahan hingga tujuh hari maka layang-layang akan diturunkan dan si pemilik layang-layang akan menggelar syukuran.
Untuk berkunjung ke Liang Kabori dan melihat goa yang berada pada ketinggian 30 meter ini terdapat jalan setapak dan jalan yang dilewati begitu terjal dengan tingkat kemiringan hingga 80 derajat.
0 comments:
Post a Comment